22 Februari 2013

Afsus Salam

AFSUS SALAM 
(Menyebarluaskan Salam)
Oleh : Abu Izzat Ramadhan - dikutip dari berbagai sumber 


Dalil-Dalil Tentang Salam

Kata  salam  dalam  Bahasa  Arab  mempunyai  arti  keselamatan,  kesejahteraan  atau  kedamaian. Makna salam adalah  do'a  seorang Muslim  kepada saudaranya  seiman. Kata "Assalaamu'alaikum    warahmatullaahi wabarakaatuh"  mempunyai makna " Semoga  seluruh  keselamatan,  rahmat  dan  berkah kalian".

 1. Al Qur'an Al-Kariim
Allah SWT berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Q.S.An-Nuur [61] "?Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah - rumah (ini) hendaklah  kamu  memberi  salam  kepada  (penghuninya  yang  berarti  memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi  berkat  lagi  baik.  Demikianlah  Allah  menjelaskan  ayat-ayatnya(Nya)  bagimu,  agar kamu memahaminya".

Dan Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Q.S.An-Nuur  [24]:27.  "Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  memasuki rumah yang  bukan  rumahmu  sebelum  meminta  izin  dan  memberi  salam  kepada penghuninya.yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat".
Syaikh  Nashir  As  Sa'di  berkata,  "Firman-Nya:  "Salam  dari  sisi  Allah",  maksudnya Allah telah mensyariatkan salam bagi kalian dan menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. Adapun firman-Nya:   "yang   diberi   berkat   lagi   baik",   maka hal tersebut karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Allah. Dengan salam maka jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta." (Lihat Taisir Karimir Rohman).

2.  Hadits Rasulullah
Rasulullah bersabda:

"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman  hingga  kalian  saling  berkasih-sayang.  Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang  apabila  kalian  kerjakan,  maka  akan  tumbuh rasa  kasih-sayang  diantara  kalian?  Sebarkan salam diantara kalian!"
[Sahih, HR.Muslim]

Dari Abdulloh bin Salam, Rosululloh bersabda yang artinya, "Wahai sekalian manusia, tebarkanlah  salam di  antara  kalian, berilah makan sambunglah tali silaturahmi dan sholatlah ketika manusia   tidur malam, niscaya   kalian akan masuk surga dengan selamat."
[Sahih. HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad]

Baro' bin Azib berkata  :  "Rosululloh melarang dan memerintahkan kami dalam tujuh perkara: kami  diperintah untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang  yang dizalimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin?"
[Sahih, HR. Bukhori dan Muslim]

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, "Perintah menjawab salam maksudnya yaitu menyebarkan salam di  antara manusia agar mereka menghidupkan syariatnya."
[Lihat Fathul Bari 11/23]
  
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul  
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: 
"Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan:"Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena  itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan: "Asalaamu 'alaikum!" Para Malaikat menjawab: "Assalaamu'alaika warahmatullaah!" Mereka  menambah  warahmatullaah".
[Sahih, HR. Bukhary dan Muslim]

Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS :
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلامًا قَالَ سَلامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ

Q.S. Adz Dzaariyaat [25] "(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" ...".

4. Perilaku Para Shahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab  pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya  pergi  ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar  menemui ukang rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka. Suatu  hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya: "Perlu apa kita kepasar? Kamu sendiri bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini". Abdullah Bin Umar menjawab:"Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!".
[Sahih HR.Imam Malik dalam kitab Al Muwatha']

Hukum Salam

1. Mengucapkan Salam 
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah). 
Rasulullah bersabda: "Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah  memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya". 
[HR. Abu Daud]

2.Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

QS.An-Nisa'  [4]:86.  "Apabila kamu dihormati dengan suatu  penghormatan,  maka balaslah  penghormatan  itu  dengan  yang  lebih  baik,  atau  balaslah  (dengan  yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."

3.    Ucapan Salam
Ucapan  salam yang  lengkap adalah  "Assalaamu'alaikum     warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya "semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah ketika  beliau  tengah  bersama  isterinya,  'Aisyah  RA,  beliau  bersabda:  "Ini  Jibril mengucapkan  salam  kepada  kamu".  Maka  'Aisyah  RA  menjawab:  "Wa  'alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
[HR. Bukhary dan Muslim]

Berdasarkan Hadits Nabi :
Imron  bin  Husain  berkata,  "Ada  seorang  laki-laki  yang  datang  kepada  Nabi  seraya mengucapkan Assalamu'alaikum.  Maka nabi  menjawabnya  dan  orang  itu  kemudian duduk.  Nabi  berkata,  "Dia  mendapat  sepuluh  pahala."  Kemudian  datang  orang  yang lain  mengucapkan  Assalamu  'alaikum  warohmatulloh. Maka Nabi  menjawabnya dan berkata,   "Dua   puluh   pahala   baginya." Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu 'alaikum warohmatullohi wa barokatuh. Nabipun menjawabnya dan  berkata, "Dia  mendapat tiga  puluh  pahala." 
[Shohih,  HR.  Abu  dawud,  Tirmidzi dan Ahmad]

Maka berdasarkan hadits di atas, idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam: 
a. Assalaamu 'alaikum
b. Assalaamu 'alaikum warahmatullaah, atau
c. Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (lengkap)
      
Adab (Etika) Salam

Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, yaitu :

1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah :
 "Hendaknya orang yang  berkendaraan  memberi  salam  kepada yang berjalan.Yang berjalan kepada  yang duduk, yang sedikit  kepada  yang  banyak." 
[Sahih,  HR.  Bukhori dan Muslim]
Dalam lafazh Bukhori, "Hendaklah yang muda kepada yang lebih tua."

2. Mendahului Salam
Terlepas  dari  urutan dalam   memberi   salam,   Rasulullah  mengajarkan untuk mendahului dalam  memberi salam. Diharapkan  kita tidak pasif dalam  mengucapkansalam, yaitu sekedar  menanti datangnya  ucapan  salam  dari  orang  lain.  Diharapkan pula  kita  tidak  menjadi  orang  yang  suka  menuntut  orang lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah  mengajarkan,  justru  yang memulai  salam  itulah  orang yang lebih mulia, sebagaimana sabdanya :
"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam" 
[HR. Abu Daud dan Tirmidzi] 

Seseorang   pernah   bertanya   kepada   Rasulullah  : "Ya   Rasulullah, jika dua orang bertemu  muka, manakah  di  antara  keduanya  yang  harus  terlebih  dahulu  memberi salam?"  Rasulullah menjawab:"Yang  lebih  dekat  kepada  Allah  (yang  berhak  terlebih dahulu memberi salam)" 
[HR. tirmidzi]

3. Menjawab dengan setara atau lebih
Sebagaimana  dalam  Surat  AN-Nisaa [4] ayat  86, dalam  menjawab  salam  minimal setara  dengan  ucapan  salam;   dan  lebih  utama  apabila   dalam  menjawab  salam dilakukan  dengan lebih sempurna, Sehingga  jawaban  salam  yang  disyari'atkan adalah:
a. Bila   ucapan   salam "Assalaamu   'alaikum"  maka jawaban  minimal adalah "Wa'alaikumussalaam", jawaban  lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b. Bila  ucapan  salam "Assalaamu'alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam  warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c. Bila  ucapan  salam "Assalaamu'alaikum warahmatullaahi  wabarakaatuh" maka jawaban    minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh". 

4. Dengan Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya dengan hangat.
Seseorang  bertanya  kepada  Rasulullah : "Ya  Rasulullah,  jika  seseorang  dari  kami bertemu dengan  saudaranya  atau  temannya  apakah  harus  menunduk-nunduk?" Jawab Rasulullah : "Tidak!" Tanyanya: "Apakah  harus  merangkul  kemudian  menciumnya?" Jawab Rasulullah : "Tidak!" Tanyanya sekali lagi: "Apakah meraih tangannya kemudian menjabatnya?" Jawab Rasulullah : "Ya!"
[Sahih, HR. Muslim]

Selain  memiliki  nilai  kehangatan  dan  persahabatan  (ukhuwwah),  jabatan  tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang melakukannya.
Rasulullah  bersabda :
"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni  dosa  keduanya  sampai  mereka  melepaskan  jabatan  tangannya"
[HR.  Abu Daud]

Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat-tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya; demikian pula sebaliknya. Sabda Rasulullah : 
Rasulullah ketika  akan  dijabat  tangani  oleh  kaum  wanita  di  saat  baiat,  beliau bersabda: "Sesungguhnya  aku tidak berjabat  tangan dengan kaum  wanita".
[Sahih, HR.Turmudzi dan Nasai]

5.  Berwajah Manis
Yang   dimaksud   berwajah  manis   adalah  penampilan  yang  menyenangkan  serta senyum yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan Rasulullah       ketika seorang Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah : 
"Jangan  kalian  meremehkan  sedikitpun  tentang  kebaikan,  meskipun  hanya  wajah  yang manis saat bertemu dengan saudaramu" 
[Sahih, HR. Bukhary] 

6.  Tidak Memalingkan Wajah
Memalingkan  wajah,  apapun  alasannya,  sulit  untuk  ditafsirkan  lain  kecuali  sikap meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya,selain   salam   dan   jabat   tangan hendaklah   ditambah   dengan   menatap   wajah saudaranya;  tidak   malah   memalingkan   wajah.  Nilai  ucapan  salam  dan jabatan tangan    menjadi    hampa  dan  hilang  ketika    seseorang    melakukannya  sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya :
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Q.S. Luqman [31]:18. "Dan janganlah kamu memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah  kamu  berjalan  di  muka  bumi  dengan  angkuh.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri".

7.  Tidak Membikin Gaduh
Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak dengan  suara  yang  berlebihan,  tetapi  juga  tidak  terlalu  lemah. Minimal orang yang kita ajak berbicara  mampu  menangkap  suara  kita,  itu  sudah  cukup. Demikian  pula dalam mengucapkan salam; secukupnya saja.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bagian Rasulullah. Maka Rasulullah datang pada waktu malam,   lalu beliau memberi salam dengan  perlahan sehingga tidak membangunkan  orang  yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang  terjaga. Dan beliau  mengucapkan  salam  sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam.
[Sahih,  HR.Muslim]

8. Tidak mengucapkan 'Alaikassalaam 
Ucapan  salam  yang  dilarang  oleh  Rasulullah  adalah  'alaikassalaam,  karena  kata 'alaikassalaam adalah salam untuk orang yang telah meninggal.
Abu Juray al Hujaimi datang kepada Rasulullah  sambil mengucapkan: "'Alaikassalaam, ya   Rasulullah!" Maka Rasulullah berkata:"Jangan   berkata   'alaikassalaam   karena 'alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang mati"
[HR. Abu Daud dan At Tirmidzi]

9. Salam kepada Lawan Jenis 
Laki-laki  diperkenankan  memberi  salam  kepada  wanita; dan sebaliknya  wanita  juga diperbolehkan  mengucapkan  salam  kepada  laki-laki.  Demikianlah  yang  dilakukan Rasulullah ketika  berjalan  melalui sekumpulan  wanita.  Beliau  memberi  salam kepada mereka.
[HR. Abu Daud dan Tirmidzi] 

Asma' Binti Jazid menceritakan bahwa ketika Rasulullah berjalan di masjid mendadak melihat  rombongan wanita  tengah  duduk,  maka beliau  melambaikan  tangan  dengan mengucapkan salam"
[HR. At Tirmidzi] 

Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani' Binti Abu Thalib RA ketika  datang  kepada  Rasulullah saat Fat-hu Makkah (penaklukan kota  Makkah).Saat  itu,  Rasulullah  tengah  mandi  dan  di  depan ada  Fathimah. Maka Ummu  Hani' memberikan salam kepada Rasulullah.
[Sahih, HR. Muslim]

Tentu  saja,  memberikan  salam  kepada  lawan  jenis  yang  bukan  muhrim  dilakukan dengan   tetap   memperhatikan   adab-adab   pergaulan   lawan   jenis.   Jangan   sampai salam  dengan  lawan jenis  justru  dijadikan  sebagai  pengantar  mendekati  perbuatan zina. Misalkan salam anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak  tepat.  Ada  salam  sayang,  salam  mesra,  salam  rindu  dan  mungkin  ada  salam-salam lain yang lebih berbahaya.  Padahal salam  seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak lagi bernilai syar'i.

10. Salam kepada Orang Non Muslim (Orang Kafir) 
Rasulullah melarang umat Islam memberi salam kepada orang-orang kafir,  sebab memberi salam kepada mereka berarti mendoakan keselamatan dan kesejahteraan - karena  mereka  adalah orang-orang  yang mengingkari kebernaran. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah :

"Jangan kalian mendahului Yahudi dan Nashrani dengan salam dan jika kalian bertemu mereka  di  jalan  maka  arahkan  mereka  ke (tempat) yang  tersempit.
[Shahih,  HR. Muslim] 

Apabila   orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban  yang diperkenankan oleh  syari'at  adalah: "Wa  'alaikum!"  (Semoga  anda  juga).  Itu  saja, tidak usah diperpanjang lagi.Rasulullah       menasihatkan:
"Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah: "Wa 'alaikum" 
[HR. Bukhary dan Muslim] 

Tetapi  apabila  forumnya  telah  berbaur  antara  orang  Muslim dengan  Non  Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam.

Demikianlah  yang  dilakukan  Rasulullah       ketika  melewati  suatu  majelis  yang  berbaur antara  orang  Muslim,  musrikin  penyembah berhala dan  Yahudi. Beliau  mengucapkan salam kepada mereka" 
[HR. Bukhary dan Muslim]

11. Salam kepada Anak-anak
Salam  tidak  hanya  hak  bagi  pemuda  dan  orang  tua.  Anak-anak pun berhak  untuk mendapatkan  salam  dan  membalasnya. Bahkan, kebiasaan  menyebarkan salam kepada  anak-anak, diharapkan dapat  mewarnai  akhlaq  seseorang  ketika  menginjak remaja dan dewasa.

Anas  Bin  Malik  RA  memberi salam  kepada  anak-anak  ketika  dia  berjalan di muka mereka.  Kemudian  Anas  berkata: "Dahulu  Rasulullah juga  berbuat  seperti  ini"
[HR. Bukhary dan Muslim]

Maka  berilah  salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan  mereka  dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak dini.

12. Salam jika Masuk Rumah 
Allah SWT memerintahkan kepada    Kaum  Muslimin  untuk  meminta ijin  dan mengucapkan salam apabila hendak memasuki rumah orang lain. Firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Q.S.  An-Nuur  [27]. "Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum  meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat".

Demikian  pula  jika  kita  memasuki  rumah  kita  sendiri,  baik dalam  keadaan  ada orangnya atau dalam keadaan kosong, disyari'atkan supaya kita mengucapkan salam.
Allah SWT berfirman:

فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Q.S.An-Nuur  [61]. "?Maka  apabila  kamu  memasuki  (suatu  rumah  dari)  rumah - rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi   baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya".

Rasulullah pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik : "Wahai anak, jika kamu masuk  ke  dalam  rumah  keluargamu, hendaknya  memberi salam, supaya  menjadi berkah untuk kamu dan keluargamu"
[HR. at Tirmidzi]

13.  Salam Kepada Orang yang Sudah Meninggal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum muslimin untuk memberi salam baik pada orang yang masih hidup juga kepada yang sudah meninggal.

Tentang do'a salam kepada Ahli Qubur, berkata Ibnul Qoyyim rahimahullahu ta'ala :
"Assalaamu'alaikum Ahlad Diyaar minal mu'miniina wal muslimiin wa innaa insyaa Alloohu lalaakhiquuna nas-alullooha lanaa walakumul 'aaqiya" - Salam keselamatan atas  penghuni rumah-rumah (kuburan)  dan kaum  mu'minin  dan  muslimin,  mudah - mudahan  Allah  merahmati orang-orang  yang  terdahulu  dari  kita  dan  orang-orang  yang belakangan,  dan kami Insya Allah akan  menyusul  kalian,  kami  memohon  kepada  Allah keselamatan  bagi  kami  dan bagi  kalian.
[Disebutkan dalam Kitab Zadul Ma'ad karya Ibnul Qoyyim]

14. Salam Kepada Orang yang Dikenal dan Tidak Dikenal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum muslimin untuk memberi salam baik   pada   orang   yang   dikenal   maupun   orang   yang   belum   dikenal   (bila dipahami orang tersebut adalah muslim).
Rosululloh      bersabda :
"Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal."
[Hadits Shohih, Riwayat Ahmad dan Thobroni]

15.  Meninggalkan Budaya Salam Jahiliyah, seperti : "Selamat Pagi", dll
Sungguh sangat pelitnya orang-orang yang pada saat bertemu dengan sesamanya hanya mengucapkan "Selamat  Pagi"  saja  atau  "Selamat  Siang"  saja??  Mendo'akan orang lain dengan do'a yang terbatas (hanya di pagi hari saja atau hanya di sore hari saja?). Juga dalam kalimat tersebut kata "Selamat" sungguh tidak jelas alamatnya, artinya    berharap    kepada    siapa    ditujukan    do'a tersebut. Sedangkan    ucapan "Assalamu'alaikum  Warahmatulloh?.,  adalah  do'a  yang  ditujukan  kepada  Alloh  - sang pemilik kehidupan, keselamatan dan kesejahteraan. 

Di sisi lain Rasulullah bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang mengikuti suatu kaum - maka ia termasuk dalam golongan mereka".

"Selamat Pagi", "Selamat Siang", dll adalah budaya orang-orang jahiliyah (termasuk juga orang kafir), memberi sapaan dengan mengucapan "Selamat Pagi" dan ucapan-ucapan sapaan buatan manusia yang lain termasuk mengikuti orang-orang jahiliyah - dan   itu  berarti  termasuk  dalam   golongan   mereka.   Begitu   juga   dengan   ucapan "Kulonuwun", "Sampurasun", dll. 

Demikianlah  Rasulullah  telah   mewariskan   suatu   kalimat   yang   indah   dan sempurna  kepada  ummatnya, yang  hal  itu  tidak  dimiliki  oleh  orang-orang  kafir, yahudi dan nasrani. Di sinilah tugas kita, menyebarluaskan salam - hingga ia menjadi do'a yang dibumikan?!

Walloohu A'lam Bish-showwab?.!

Hadits-2 Tentang Salam :

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak.
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4019]

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: 
Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4022]

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: 
Rasulullah saw. bersabda: Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah: Wa`alaikum.
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4024]

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: 
Rasulullah saw. pernah melewati anak-anak lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4031]

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Saudah keluar setelah diwajibkan hijab atasnya untuk memenuhi suatu keperluannya. Dia adalah seorang wanita yang bertubuh besar melebihi wanita-wanita yang lain sehingga mudah dibedakan bagi orang mengenalnya. Kemudian Umar bin Khathab melihatnya lalu berkata: Hai Saudah! Demi Allah, bagaimanapun kamu pasti kami kenali maka perhatikanlah cara kamu keluar rumah! Ia melanjutkan: Lalu berbaliklah Saudah untuk segera pulang sementara Rasulullah saw. berada di rumahku sedang menyantap makan malam dengan tulang yang masih di tangannya. Ketika itulah Saudah masuk dan mengadu: Ya Rasulullah! Aku baru saja keluar. Lalu Umar bin Khathab menegurku begini dan begini. Ia melanjutkan (Aisyah): Kemudian diwahyukan kepada Rasulullah saw. (ayat ke 59 surat Al-Ahzab) pada saat tulang masih berada di tangan beliau yang belum beliau letakkan. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian, kaum wanita, untuk keluar memenuhi keperluan kalian.  
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4034]

Hadis riwayat Uqbah bin Amir ra :
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hindarkanlah diri kalian masuk menemui wanita. Seorang sahabat Ansar bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau ipar? Rasulullah saw. bersabda: Ipar itu maut (lebih mengkhawatirkan).
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4037]

Hadis riwayat Shafiyah binti Huyaiy ra., ia berkata:
Suatu malam ketika Nabi saw. sedang beriktikaf, aku datang mengunjungi beliau untuk mengajak bicara. Setelah itu aku pun bangkit berdiri untuk pulang dan Rasulullah saw. ikut berdiri untuk mengantarkanku. Tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba lewat dua orang Ansar. Tatkala mereka melihat Nabi saw. mereka mempercepat jalan mereka lalu Nabi saw. berseru: Tunggulah! Dia adalah Shafiyah binti Huyaiy. Mereka berdua segera menyahut: Maha suci Allah, ya Rasulullah! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian atau mengatakan sesuatu. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4041]

Hadis riwayat Abu Waqid Al-Laitsi ra.:
Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang datang menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Ia berkata: Kemudian keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu melihat tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana. Adapun yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang ketiga, telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak inginkah kalian aku beritahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara mereka telah berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya. Sedangkan yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang ketiga ia telah berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4042]

Hadis riwayat Abu Waqid Al-Laitsi ra.:
Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang datang menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Ia berkata: Kemudian keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu melihat tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana. Adapun yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang ketiga, telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak inginkah kalian aku beritahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara mereka
telah berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya. Sedangkan yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang ketiga ia telah berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4042]

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa Beliau bersabda: Jangan sekali-kali seorang di antara kalian membuat orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk di tempat itu. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4043]

Hadis riwayat Ummu Salamah ra.:
Bahwa seorang lelaki banci berada di rumah (rumah Ummu Salamah) ketika Rasulullah saw. sedang di rumah. Orang itu berkata kepada saudara Ummu Salamah: Hai Abdullah bin Abu Umayah! Jika Allah menolong kalian menaklukan Thaif besok, maka akan kutunjukkan kepadamu anak perempuan
Ghailan. Dia menghadap dengan empat lipatan perut dan mundur dengan delapan lipatan perut (sangat gemuk). Ketika Rasulullah saw. mendengar ucapan itu, beliau bersabda: Janganlah mereka itu masuk ke tempat kalian.
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4048]

Hadis riwayat Asma binti Abu Bakar ra., ia berkata:
Zubair mengawiniku sedangkan ia tidak memiliki harta atau hamba sahaya atau apapun kecuali kudanya. Akulah yang memberi makan kudanya, mencukupi bahan makanannya, mengurusnya, menumbukkan biji bagi hewan penyiramnya, memberinya makan, memberi minum, menjahitkan timbanya dan membuatkan adonan rotinya. Tetapi, aku tidak pandai membuat roti karena itu wanita Ansar tetanggakulah yang membuatkan roti untukku. Mereka adalah para wanita yang jujur. Ia berkata: Aku biasa memindahkan biji kurma dari tanah Zubair yang diberikan Rasulullah saw. dengan memanggulnya di atas kepalaku yang berjarak kira-kira duapertiga farsakh (1 farsakh = 3 mil). Ia berkata lagi: Suatu hari aku datang membawa biji kurma di atas kepalaku lalu bertemu dengan Rasulullah saw. beserta beberapa orang sahabat. Beliau memanggilku, kemudian mengucap: Ikh, ikh (ucapan untuk menderumkan untanya). Beliau bermaksud memboncengku di belakangnya. Asma berkata: Aku merasa malu dan aku tahu kecemburuanmu.Zubair berkata: Demi Allah! Engkau memanggul biji kurma di atas kepala adalah lebih berat daripada engkau menunggang bersama beliau. Ia berkata: Sampai Abu Bakar ra. mengirimkan seorang pembantu yang mengambil alih
pengurusan kuda, seakan-akan ia telah membebaskanku. 
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4050]

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila terdapat tiga orang, maka janganlah dua orang (di antara mereka) berbisik-bisik tanpa menyertakan yang lain.
[Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4052]